Berbeda Jalan
Sari melangkahkan kaki dengan tergesa. Ia sudah terlambat 10 menit dari jadwal busnya hari ini, sehingga ia tertinggal bus jemputan. Ia perlu keluar dari gerbang komplek dan mencari ojek.
Hari ini semakin sial, tidak ada satupun ojek di pangkalan. Hari Senin seperti ini memang biasanya menjadi sangat sibuk, begitu pun tukang ojek. Di seberang jalan, ia melihat sosok lelaki yang menertawakan raut wajahnya. Sari semakin mendengus kesal, lelaki itu semakin menertawakannya. Dialah Ario.
Ario dengan motornya mendatangi Sari di seberang Jalan dan menawarkan untuk mengantarnya. Awalnya Sari menolak, karena pasti Ario, teman masa kecilnya akan mengejeknya habis-habisan di jalan. Tapi, di saat tergesa, akhirnya Sari pun menerima ajakan Ario.
“Gimana rasanya terlambat sekolah?” Tiba-tiba Ario bertanya saat di perjalanan.
“Ya sama aja kayak kamu terlambat ke turnamen lah.” Jawab Sari asal-asalan.
“Aku sih gak pernah terlambat turnamen, Sar. Hahaaa”
“Bodo amat, cepet ngebut!” Ario pun yang terkekeh kembali mengencangkan gasnya.
Ario memang atlet bulu tangkis yang sudah tidak pernah sekolah umum sejak SMP. Ia memilih fokus untuk menjadi atlet dan memilih home schooling. Dari teman masa kecil Sari, Ariolah yang sudah memantapkan diri menjadi apa yang ia mau. Walau berbeda jalan dengan Sari, Ario selalu menemukan cara untuk menikmati masa remajanya.
Sesampainya di sekolah, Ario mengucapkan,
“Belajar yang rajin ya Bu Dokter!” Sari tersenyum, sambil terkekeh. Merasa senang dan puas, entah mengapa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar